FOKUSMALANG - Publik bola di Malang khususnya, kini sedang dalam rasa
penasaran, ragu dan juga galau dengan perkembangan persiapan tim Arema FC
(dahulu Arema Cronus). Ya, revolusi besar –besaran memang saat ini sedang
terjadi di kubu tim berjuluk Singo Edan ini. Namun bila merunut sejarah, apa
yang terjadi saat ini bagaikan dejavu 11 musim yang lalu.
Mengapa saya menyebut Dejavu? Karena situasi dan juga
kondisi nya benar –benar sama persis dengan 11 tahun yang lalu. Saat itu adalah
Indonesia Super League (ISL) pertama kali dijadikan nama liga dengan kasta
tertinggi di Indonesia, sebuah situasi yang sama dengan musim ini, ketika
kompetisi resmi digulirkan setelah sepakbola Indonesia dibekukan oleh FIFA.
Nah, ternyata Dejavu terbesar malah ada pada situasi di kubu
Arema. Perombakan besar –besaran yang dialami Arema saat ini ternyata sama
persis dengan apa yang terjadi di musim 2008-2009. Dimana saat ini Arema yang
dilatih Coach asli Arema Bambang Nurdiansyah melakukan reformasi dalam kubu
tim. Yup, inilah dejavu yang pertama, karena kini Arema juga dilatih oleh
pelatih asli dari Bhumi Arema, Aji Santoso.
Dejavu berikutnya
adalah situasi tim. Dimana jajaran pemain bintang di Arema musim sebelumnya
(2007-2008) pada masa itu , seperti Firman Utina, Hendro Kartiko, Elie Aiboy,
Pato Morales, Ponaryo Astaman dan lain –lain, tak lagi diperpanjang kontrak,
dengan alasan pelatih dan manajemen ingin melakukan peremajaan tim dan membuat
skuat muda yang hebat, dengan prospek jangka panjang.
Para bintang yang sudah punya tempat di hati Aremania itu
pun digantikan sederet pemain muda, yang namanya belumlah terlalu berkibar kala
itu seperti, Kurnia Meiga, Zulkifly Syukur, Achmad Jufrianto, Fandi Mochtar,
Ahmad Bustomi dan beberapa pemain muda lain.
Pada masa itu bintang Arema yang dipertahankan hanyalah wing
back senior Alexander Pulalo, yang memang tampaknya oleh Bambang Nurdiansyah
dipersiapkan sebagai ‘pengasuh’ bagi para juniornya di skuat muda tersebut.
Lalu bagaimana perjalanan tim pada masa itu? Untuk masalah
yang satu ini Arema di ISL I saat itu bisa dibilang mengalami degradasi
penampilan. Tampaknya para pemain muda di bawah asuhan Bambang Nurdiansyah
belum siap bermain di kasta tertinggi.
Bahkan Bambang Nurdiansyah hanya bertahan 4 pertandingan,
sebelum akhirnya eks pemain Timnas ini mengundurkan diri, dan digantikan
pelatih asal Malang lainnya Gusnul Yakin. Konon, Bambang Nurdiansyah harus
melempar handuk setelah mendapat tekanan hebat dari Aremania, yang mengecam hasil
kalah dan imbang di kandang beruntun
dari Pelita Jaya dan PSIS Semarang.
Di bawah asuhan caretaker Gusnul Yakin, permainan dan
performa Arema saat itu bisa dibilang belumlah stabil. Hingga pada jeda
transfer kedua, Arema kembali melakukan perombakan tim. 9 pemain ditendang
keluar, termasuk para pemain asing seperti Pello Benson, Emille Mbamba, dan
Soulemayne Traore
Bahkan Arema harus kembali mendatangkan bomber mereka musim
sebelumnya, Patricio ‘Pato’ Morales demi bisa mengangkat kembali performa tim
di putaran kedua.
Meskipun tim dirombak habis –habisan, perjalanan Arema tidak
otomatis menjadi mulus di musim tersebut. Bahkan Kurnia Meiga dan kawan –kawan sempat
mencatat rekor kekalahan terburuk di kandang, kala dibabat 0-5 oleh Persipura
Jayapura di Kanjuruhan Malang.
Endingnya, saat itu Arema harus puas menempati posisi ke-10
di klasemen akhir Super Liga I (2008-2009). Lalu dalam perjalanan berikutnya, Arema dengan
skuat yang tak jauh berbeda di bawah asuhan pelatih asal Belanda Robert Rene Albert,
malah bisa menjadi juara di ISL 2009-2010. Dan jajaran pemain muda yang sempat dicibir,
malah menjadi bintang hingga saat ini, sebut saja Kurnia Meiga dan Achmad
Bustomi.
Nah, tampak jelas bahwa situasi tak jauh berbeda bahkan sama
persis sekarang sedang melanda Arema FC 2017-2018. Perombakan tim besar –besaran
dan pergantian jajaran pelatih. Lalu pertanyaannya, akankah nasib tim akan sama
dengan musim 2008-2009? Atau akankah Aji Santoso berhasil mencetak sejarah
sebagai pelatih asli Malang pertama yang sukses menukangi Singo Edan?
Ya, bilapun Arema musim ini performa nya belum menjanjikan,
tampaknya para fans harus bisa bersabar. Karena bisa jadi akan terjadi seperti 11 tahun yang lalu, setelah terpuruk
Arema masih mampu bangkit dan menjadi juara di musim selanjutnya, dan mampu
menjadi tim yang stabil hingga musim –musim berikutnya.