FOKUSMALANG - Kota Malang merupakan kota yang
unik dan dinamis dalam perkembangannya. Hal tersebut tak lepas dari kentalnya
pluralisme yang membentuk Kota yang terletak di tengah jajaran pegunungan ini.
Segala ras, suku, agama bisa hidup berdampingan secara damai tanpa adanya
gesekan yang berarti.
Meskipun begitu, bukan berarti
Kota Malang menjadi kota nan sempurna tanpa masalah. Dengan semakin
bertambahnya penduduk, baik dari angka kelahiran, maupun perpindahan dari kota,
ataupun wilayah lain ke Kota Malang, tentu membuat masalah di sini selalu ada.
Masalah di Kota Malang ini
termasuk masalah klasik di wilayah urban yang sedang berkembang, seperi
pembangunan yang tidak merata, lebar jalan yang tidak sebanding dengan angka
pertumbuhan kendaraan, serta juga relokasi dan penggusuran.
Meskipun terbilang bukan masalah
yang krusial, namun tentu bila tidak mendapat penanganan secara komprehensif,
hal ini bisa saja menjadi bom waktu baru di masa mendatang. Karena masalah yang
terjadi saat ini pun bisa jadi merupakan ‘ledakan’ bom dari masa sebelumnya.
Karenanya setiap pemimpin di Kota
Malang (Wali Kota) bisa dibilang merupakan orang yang istimewa, seiistimewa
bagaimana di jaman kolonial, Belanda selalu memperlakukan Malang begitu ‘tidak
biasa’, sehingga memberikan julukan ‘Paris van Ost Java’ atau Paris dari Jawa
Timur.
Kota Malang sudah dua kali menggelar
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) secara langsung. Dimana secara mengejutkan, yang terakhir, pasangan Mochamad Anton dan wakilnya Sutiaji terpilih sebagai Wali Kota Malang yang dipilih secara langsung oleh rakyat.
Terpilihnya pasangan ini pada
saat itu juga terbilang luar biasa, karena mereka jelas bukan unggulan. Hal
tersebut membuktikan bahwa peta politik di Kota Malang sulit untuk bisa
diprediksi, sesulit bagaimana masyarakat Malang pada jaman kerajaan dahulu
ditaklukkan oleh para penguasa seperti Majapahit, hingga konon dari sini
wilayah ini mendapatkan nama ‘Malang’.
Nah, saat ini masa Pilkada sudah
kembali di depan mata. Jika tidak ada aral melintang tahun depan 2018 kembali
pesta demokrasi akan dihelat. Memang saat ini terasa masih adem ayem, namun
Fokus Malang akan mencoba membuat peta politik menuju 2018.
Pada edisi pertama ini, kami akan
mencoba membedah peta, mulai dari prediksi kemunculan calon dari perempuan.
Kenapa? Tidak bisa dipungkiri tren pemimpin sedang menunjukkan ke arah sana.
Dari survey ang dilakukan Fokus Malang pada 2016, menunjukkan bahwa 40 persen
warga melihat Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sebagai sosok yang ideal.
Disamping itu, kita juga tidak bisa menutup mata bahwa kehadiran
Heri Pudji Utami, sebagai Cawali pada periode
Pilkada sebelumnya juga tidak bisa dianggap remeh perolehan suarannya.
Apalagi dalam sejarah, Kota Malang juga belum pernah dipimpin (minimal Wakil
Wali Kota) oleh seorang perempuan.
Dan berikut adalah 3 sosok
perempuang tangguh, yang ‘bisa jadi’ akan menjadi kuda hitam pada Pilkada 2018
1.
Ya’qud
Ananda Gudban
Siapa yang tak
mengenal sosok perempuan yang satu ini, cantik, pintar dan populer. Ya, jelas
hal tersebut merupakan ‘modal’ utama untuk bisa bersaing pada Pilkada 2018.
Rekam jejak
Nanda dalam menggiring pembangunan di Kota Malang juga sudah sangat jelas
selama ini, seiring kiprah sebagai anggota Parlemen di DPRD Kota Malang dari
Partai Hanura.
Pengalaman Nanda
sebagai seorang aktivis perempuan, juga membuatnya bakal memiliki kedekatan
dengan pemilih dari kaum hawa, yang diperkirakan akan muncul sebagai pemilih
utama di Kota Malang pada 2018 mendatang.
Nanda banyak berperan dalam pembangunan di Kota Malang, khususnya dalam membangun peran perempuan dalam masyarakat. Hal tersebut membuatnya sangat dikenal oleh masyarakat. Sepak terjangnya, tak pernah lepas dari sorotan media.
Nanda banyak berperan dalam pembangunan di Kota Malang, khususnya dalam membangun peran perempuan dalam masyarakat. Hal tersebut membuatnya sangat dikenal oleh masyarakat. Sepak terjangnya, tak pernah lepas dari sorotan media.
Berangkat dari
Hanura, sebuah partai yang bisa dibilang cukup besar juga bisa menjadi pijakan
yang pas bagi Nanda untuk Pilkada.
Nanda bisa
muncul sebagai sosok pemimpin muda yang energik dan visioner pada Pilkada Kota
Malang 2018 mendatang.
2.
Laily
FItria Liza Minelli
Nama perempuan
yang satu ini memang cukup sulit untuk bisa dihapalkan atau asing di telinga anda. Namun sudah pasti anda akan lebih akrab dengan nama Mbak Nelly atau Nelly.
Memiliki profesi utama sebagai pengusaha kuliner dan juga ibu rumah tangga, tidak membuat wanita berhijab ini lalu tidak memiliki ‘skill’ politik.
Memiliki profesi utama sebagai pengusaha kuliner dan juga ibu rumah tangga, tidak membuat wanita berhijab ini lalu tidak memiliki ‘skill’ politik.
Dengan
pengalaman turut dalam berbagai kegiatan sosial, kebangsaan dan politik,justru malah membuat Nelly kini
mendapat amanah baru sebagai Ketua DPD Perindo Kota Malang.
Memiliki
‘senjata ‘utama pada kedekatannya pada semua kalangan, serta kesederhanaanya.
Membuat Nelly kini menjadi salah satu sosok perempuan yang diunggulkan untuk
maju pada Pilkada Kota Malang 2018.
Ya, Nelly memang dikenal sebagai sosok yang dekat dengan siapapun, mulai dari kalangan bawah, hingga kalangan atas berkelas internasional.
Ya, Nelly memang dikenal sebagai sosok yang dekat dengan siapapun, mulai dari kalangan bawah, hingga kalangan atas berkelas internasional.
Terbukti sosok
Nelly, sukses menjadi media darling Kota Malang pada 2016 yang lalu. Sebuah
pembuktian untuk popularitas Nelly di Kota Malang
Partainya yang
terbilang anyar memang membuatnya tak bisa maju mengenakan bendera Perindo,
tapi bukan tidak mungkin akan banyak ‘pinangan’ dari partai lain untuk Nelly
bisa maju ke pertarungan Pilkada 2018
3.
Heri
Pudji Utami
Namanya memang
lama tak menghiasi media massa. Namun bukan berarti istri dari mantan Wali Kota
Malang dua periode Peni Suparto ini tak berkancah di dunia politik.
Duduk sebagai
anggota dewan di komisi D DPRD Kota Malang, Heri Pudji kini terus bersuara
memperjuangkan rakyat melalui parlemen.
Melihat track
record dan juga tingkat kepercayaan masyarakat, Heri Pudji bisa dibilang
menjadi salah satu tokoh perempuan yang mempunyai peluang besar untuk maju pada
Pilkada 2018.
Apalagi di
Pilkada Kota Malang sebelumnya, Heri Pudji juga maju dengan raihan suara yang
terbilang besar, ia berada di urutan 3 besar suara terbanyak.
Dukungan sang
suami Peni Suparto yang kini bergabung di Partai Nasdem juga diyakini akan
menjadi ‘kekuatan’ tersendiri bagi Heri Pudji untuk maju di Pilkada, apalagi
partai yang kini menaungi dirinya PPP juga merupakan partai besar di Indonesia.
Heri Pudji jelas masih memiliki kekuatan suara dan massa yang cukup besar, yang tentu tak lepas dari perannya selama ini di DPRD serta juga sepak terjang sang suami saat memimpin Kota Malang selama dua periode yang lalu.
Heri Pudji jelas masih memiliki kekuatan suara dan massa yang cukup besar, yang tentu tak lepas dari perannya selama ini di DPRD serta juga sepak terjang sang suami saat memimpin Kota Malang selama dua periode yang lalu.
Bisa jadi ia
kini menjadi salah satu bakal calon tersiap, dan hanya tinggal menunggu siapa
pasangannya dalam Pilkada 2018.
Seperti itulah gambaran dari prediksi
peta kekuatan Pilkada Kota Malang 2018, khususnya dari kaum hawa, yang
diperkirakan memang akan memberikan nuansa dan ‘greget’ politik tersendiri.
Ya, apapun itu semoga memang bisa
membuat Kota Malang menjadi lebih baik dan sejahtera lagi.