FOKUSMALANG – Sebagai bentuk
memepringati Hari Kebebasan Pers se Jagad Raya, Ikatan Jurnalis Televisi (IJTI)
Korda Malang Raya, memberikan penghargaan khusus pada sosok yang memiliki
pengabdian sosial tinggi di berbagai sektor.
Bertempat di gedung rektorat
Unmer Malang Senin (22/05), acara itu dihadiri Bupati Malang, Rendra Kresna,
yang sekaligus membuka acara. Dalam sambutannya, Rendra mengapresiasi kegiatan
yang dilakukan awak pers yang bersifat positif.
“Saya apresiasi langkah
teman-teman ini dalam peringati hari kebebasan pers,” katanya.
Penghargaan pertama diberikan kepada Febriansyah, tokoh muda asal Desa Kemantren, Jabung, Kabupaten Malang yang berhasil mengentaskan teman -temannya dari aktifitas mabuk -mabukan, dan selanjutnya mengajak mereka untuk berbuat hal positif di bidang edukasi.
Selanjutnya, penghargaan kedua diberikan kepada Yunanto, salah satu tokoh pers di Malang Raya. Dimana ia sudah mengabdi di bidang jurnalistik selama 32 tahun terakhir.
Sementara penghargaan terakhir jatuh kepada Dokter Dian Agung, yang mengabdi di wilayah Sumberpucung Malang. Uniknya dokter cantik ini mau dibayar dengan sayur mayur untuk jasanya.
Ketua IJTI Korda Malang Raya,
Edy Cahyono, mengatakan, seluruh rangkaian kegiatan itu dipilih selain
peringati hari kebebasan pers juga menjelang Ramadan.
Menurut data dari PMI
Kabupaten Malang, meski stok darah pada bulan ramadhan dinilai aman, namun
turunnya angka para pendonor di bulan ramadhan membuat stok darah berkurang,
padahal target PMI kabupaten malang di bulan ramadhan ini sebanyak 1500 kantong
darah dengan berbagai golongan darah.
“Tadi cukup antusias
semuanya, mulai TNI-Polri, mahasiswa, dosen dan masyarakat umum mengikuti
kegiatan donor darah. Paling tidak sudah banyak kantong darah didapat hari
ini,” katanya.
Selain itu, IJTI Korda Malang
Raya dalam kesempatan itu mengajak untuk memperjuangkan nilai kebebasan pers.
Nilai-nilai tersebut saat ini masih kerap terciderai, kerena minimnya kesadaran
masyarakat akan peran pers. Kebebasan pers yang dilindungi oleh undang-undang
no.40 tahun 1999, seolah hanya merupakan formalitas sepihak.
Hal itu terbukti bagaimana
ancaman bahkan kekerasan terhadap insan pers masih relatif tinggi. Meski
demikian, tahun ini posisi Indonesia dalam Indeks Kebebasan pers se-dunia
meningkat 6 peringkat. Dari posisi 130 pada 2016 menjadi 124 pada 2017.
Meski begitu masih tingginya
angka kekerasan terhadap jurnalis ini sendiri tak bisa dilepaskan dari perilaku
pers yang terkadang jauh dari etika jurnalis.Tidak sedikit karya jurnalis masih
memiliki konten yang sepihak dan tendesius.
Dalam acara itu juga
dimeriahkan dengan pameran foto dari PFI Malang dan materi kewaspadaan terhadap
bom dari Batalyon B Pelopor Brimobda Jatim.