Pengolahan Sampah Organik dengan Fermentasi Nanas Tingkatkan Kesadaran Lingkungan Masyarakat Kelurahan Karangbesuki


Fokusmalang.com - Fermentasi nanas merupakan salah satu metode inovatif dalam pengelolaan sampah organik. Dengan memanfaatkan buah dan kulit nanas, sampah rumah tangga dapat diolah menjadi probiotik dan bio-compound yang berfungsi sebagai pupuk organik atau media tanam. Metode ini tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga ekonomis, karena menggunakan bahan-bahan yang mudah ditemukan. Namun, seperti teknologi lainnya, produk fermentasi ini memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan dari produk fermentasi nanas meliputi proses yang sederhana, waktu pengolahan yang relatif singkat (5-7 hari), dan hasil yang bermanfaat untuk meningkatkan kualitas tanah dan produktivitas tanaman. Selain itu, fermentasi ini membantu mengurangi bau sampah dan mengelola limbah organik tanpa memerlukan fasilitas atau biaya besar. Namun, kekurangannya adalah sensitivitas proses fermentasi terhadap kondisi lingkungan seperti suhu dan kebersihan wadah. Kesalahan kecil dapat menyebabkan kontaminasi yang mengurangi efektivitas produk.


Sosialisasi pengelolaan sampah organik ini dilaksanakan oleh mahasiswa Universitas Merdeka Malang dari Jurusan Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, yang didampingi oleh dosen pembimbing. Kegiatan ini diadakan pada tanggal 10 November 2024 dan berkolaborasi dengan kelompok PKK RW 07 Kelurahan Karangbesuki, Kecamatan Sukun. Program ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah yang ramah lingkungan, serta melatih warga dalam memanfaatkan limbah organik menjadi produk bernilai tambah.

Dalam pelatihan ini, masyarakat diajarkan memanfaatkan daging buah nanas untuk probiotik dan kulit nanas untuk bio-compound. Probiotik diperoleh dengan fermentasi selama 5-7 hari, sedangkan bio-compound dibuat dari campuran kulit nanas, air, gula, dan probiotik. Produk akhir digunakan untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk berkualitas tinggi atau media tanam.



Acara ini dihadiri oleh kelompok ibu-ibu PKK RW 07 Kelurahan Karangbesuki, yang dengan antusias mengikuti setiap tahapan pelatihan. Peserta pelatihan tidak hanya memahami pentingnya pengelolaan sampah berkelanjutan, tetapi juga memulai inisiatif membentuk kelompok pengelola sampah mandiri di lingkungan mereka. Diharapkan, inisiatif ini dapat mengurangi sampah organik yang terbuang dan menciptakan lingkungan yang lebih bersih serta sehat.

Produk fermentasi nanas ini juga memiliki potensi pemberdayaan ekonomi. Dengan biaya rendah dan hasil yang bermanfaat, produk seperti pupuk organik dari bio-compound dapat dipasarkan sebagai sumber penghasilan tambahan. Hal ini menciptakan peluang usaha kecil berbasis lingkungan yang mendukung ekonomi lokal.


Melalui pendekatan partisipatif, program ini memastikan keterlibatan aktif masyarakat pada setiap tahapan. Pelatihan intensif dan pendampingan dari tim mahasiswa Universitas Merdeka Malang membantu memastikan keberlanjutan metode ini. RW 07 Kelurahan Karangbesuki diharapkan menjadi percontohan dalam pengelolaan sampah organik yang berkelanjutan, tidak hanya untuk lingkungannya, tetapi juga sebagai inspirasi bagi wilayah lain.


Tentang Penulis:

Artikel ini disusun oleh tim dari Program Pengabdian Masyarakat Universitas Merdeka (UNMER) Malang dengan dukungan materi dan moril penuh dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Merdeka Malang (LPPM) UNMER. Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya kami untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat akademik dan pendidikan. Tim penelitian terdiri dari mahasiswa dan dosen dari jurusan Administrasi Publik dan administrasi bisnis FISIP UNMER Malang yang bekerjasama dengan Kelompok PKK RW 07 Kelurahan Karangbesuki, Kota Malang sebagai mitra pengabdian masyarakat.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »