FOKUSMALANG -Menu menthok (unggas sejenis angsa tapi kakinya pendek) disajikan pedas sebuahAda beberapa level pedasnya sesuai pilihan konsumen.
Warung itu tidak langsung ramai. Karena pasang surut terus dilalui. Waktu itu, belum ada menu menthok pedas yang dijual. Hanya ada ayam bakar yang disajikan. Warung ini sempat kalah bersaing dengan warung lain yang menyajikan menu ayam bakar mengingat menu itu sudah umum dijual banyak warung.
Justru menu menthok pedas yang akhirnya jadi penyelamat warung. Di tengah pelanggan yang mulai sepi, Siti Muflidah iseng membuat menu baru tiga tahun setelah warung berdiri. Yaitu, menthok yang dibumbui kare pedas. ”Waktu itu menu menthok pedas masih jarang. Dan tergolong unik juga. Itu yang menarik pelanggan untuk datang,” kata dia.
Seiring berjalannya waktu, menu yang dijual mulai harga Rp 12 ribu per potong daging mentok tersebut bisa mendatangkan banyak keuntungan. Dalam sehari, di cabang jalibar yang memiliki pelanggan paling banyak bisa menghabiskan 10–15 ekor menthok per hari. Itu belum termasuk lauk pendampingnya seperti tempe, sate usus, bakwan, dan masih banyak lagi menu lainnya.”Hasilnya lumayan. Sekarang punya warung di jalibar dan setengah tahun lalu buka lagi di Bululawang,” lanjut pria 30 tahun ini. Kini, menthok pedas pun jadi tumpuan keluarga besar Siti Muflidah. Dia dibantu tiga anaknya dalam mengelola warung.
Pengunjungnya sudah ratusan orang per hari. Saat jam makan, baik sarapan, makan siang, maupun malam, area parkir dipenuhi belasan mobil. Mayoritas mobil-mobil itu berasal dari luar kota. Karena jalibar kerap dilalui masyarakat dari luar kota. Itu tak lain karena lokasi warung yang strategis ditunjang dengan kenikmatan menu menthok pedas bumbu kare yang disajikan.
aging menthok dikenal lebih alot ketimbang daging hewan lainnya. Tapi, di Warung Nayamul, daging menthok yang disajikan tidak terlalu a lot, karena dimasak dengan suhu dan waktu yang pas.
Yuniarsih, karyawan sekaligus kasir Warung Nayamul mengatakan kalau juru masak di bagian dapur sudah berpengalaman mengolah daging menthok. ”Waktu masih awal, kadang terlalu lama memasaknya sampai dagingnya jadi kayak bubur. Pernah juga terlalu sebentar sehingga masih alot. Tapi, sekarang sudah pas,” katanya.
Perempuan asli Kepanjen ini menambahkan, untuk memasak daging menthok membutuhkan waktu satu jam. Tidak boleh lebih atau kurang. Karena itu mempengaruhi alot tidaknya daging. ”Setelah dimasak baru dicampur ke kuah kare dan cabe,” lanjut dia.
Namun, jika Anda memesan menthok goreng, dagingnya jelas lebih alot ketimbang yang dicampurkan dalam kuah kare (menthok pedas). Itu efek dari pengolahan dengan cara digoreng cukup kering. Meski alot, jika disantap dengan sambal dan lalap yang disediakan di setiap meja rasanya tetap mantap. ”Kalau ditambah dengan kuah dari masakan lain juga cocok, kok,” kata perempuan yang akrab disapa Yuni ini.