FOKUSMALANG.COM - Pemerintah Kota (Pemkot) Malang membuat terobosan, dengan melakukan digitalisasi (online) terhadap Angkutan Kota (Angkot) yang keberadaannya terus tergerus seiring perkembangan zaman dan semakin maraknya angkutan berbasis online.
Namun ternyata kerjasama Pemkot dengan pengembang aplikasi asal Tanggerang bernama TRON tersebut menuai pertanyaan. Salah satunya dari Ketua DPD Perindo Kota Malang, Laily Fitriyah Liza Min Nelly.
Wanita yang akrab disapa Nelly ini mempertanyakan, mengapa Pemkot lebih memilih perusahaan rintisan dari luar Kota Malang, dibanding para pengembang aplikasi asal Malang sendiri. Pasalnya sudah sejak pertengahan tahun 2019 ini, Kota Malang sudah ditetapkan sebagai Kota dengan sub sektor andalan industri kreatif aplikasi dan gim versi Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF).
"Saya sepenuhnya mendukung rencana Pemkot untuk bisa memodernkan Angkot. Kasihan memang mereka, semakin kesini juga semakin terhimpit dengan banyaknya angkutan berbasis online," tutur Nelly.
"Namun saya juga heran, dengan keputusan Pemkot untuk menunjuk pengembang aplikasi asal Tanggerang, bukan Arek Malang sendiri. Padahal kapabilitas pengembang Malang juga sudah diakui, bahkan Pemkot sendiri sudah mendapat pengakuan secara nasional, sebagai kota dengan sub sektor andalan aplikasi dan gim," lanjut wanita dengan dua buah hati ini.
Menurut Nelly, idealnya jika memang Malang adalah kota dengan basis app dan gim, maka idealnya berbagai keperluan aplikasi maupun gim, khususnya yang diperuntukkan bagi kepentingan masyarakat bisa diserahkan juga kepada pengembang aplikasi lokal.
"Malang kan gudangnya pembuat gim dan aplikasi. Bahkan setahu saya sudah banyak perusahaan nasional dan luar negeri yang mempercayakan pengerjaan aplikasi maupun gim di Malang. Lha ini kok malah Pemkot menggandeng perusahaan dari luar Malang," kata wanita yang juga pengusaha kuliner ini.
Photo Credit: Kompas.com |
"Bisa jadi kalau untuk menghindari penunjukan langsung, Pemkot kan bisa membuat sayembara/ kompetisi untuk aplikasi ini, seperti yang sebelumnya dilakukan mereka kala membuat maskot OSI-JI. Saya yakin aplikasi bikinan Arek - Arek Malang juga bagus. Apalagi ada 20 lebih kampus berbasis IT di Malang," ucapnya.
Ke depan Nelly berharap, agar Pemkot bisa lebih serius dalam berkomitmen kepada industri kreatif berbasis aplikasi dan gim tersebut, karena potensi nya yang besar, dan sudah diakui secara nasional.
"Semoga peristiwa seperti ini tidak lagi terjadi. Sebenarnya kan malu juga, sebagai kota dengan industri kreatif aplikasi dan gim yang sudah diakui pemerintah nasional, tapi malah pesan aplikasi dari luar," Pungkas Nelly.